Kyai Sholat Idul Fitri di Masjid Kuno |
PROSESI LEBARAN ADAT
Lebaran Adat merupakan suatu kegiatan masyarakat yang dilaksanakan untuk memperingati satu (1) sawal atau sering kita kenal dengan Idul fitri. Satu sawal dalam kegiatan Masyarakat adat berbeda dengan satu sawal dalam kegiatan Masyarakat pada umumnya, dimana satu sawalnya berdasarkan Wariga Adat Sereat Adat Bayan yang setiap tanggalnya mempunyai selisih dua (2) atau tiga (3) hari dengan tanggal Hijriah.
Prosesi Lebaran Adat ini dilaksanakan selama dua (2) hari, yaitu hari pertama namanya “Kayu Aiq” dan hari kedua disebut “Gawe”.
Lebaran Adat merupakan suatu kegiatan masyarakat yang dilaksanakan untuk memperingati satu (1) sawal atau sering kita kenal dengan Idul fitri. Satu sawal dalam kegiatan Masyarakat adat berbeda dengan satu sawal dalam kegiatan Masyarakat pada umumnya, dimana satu sawalnya berdasarkan Wariga Adat Sereat Adat Bayan yang setiap tanggalnya mempunyai selisih dua (2) atau tiga (3) hari dengan tanggal Hijriah.
Prosesi Lebaran Adat ini dilaksanakan selama dua (2) hari, yaitu hari pertama namanya “Kayu Aiq” dan hari kedua disebut “Gawe”.
1. Kayu Aiq Hari pertama atau yang disebut dengan hari Kayu Aiq adalah segala kegiatan yang dilakukan sebagai persiapan pada puncak acara. Kegiatan yang dilakukan antara lain :
Menyapu di kubur ( seperti biasa )
Menjojo ke Gedeng Tengaq, kegiatan Ini dilaksanakan pada pagi hari, alat yang digunakan dinamakan “kedak” yang terbuat dari bambu.
Kegiatan ini dilkukan dari Rumah amak Lokak Gantungan Rombong dengan membawa sirih dan sembek. Setelah menjojo, dilakukan menyembek di berugak ianan Menik.
Urutan menjojo yaitu Amak Lokak Gantungan Rombong, walin Gumi, Pande, Pembekel, singgan dalem dan dari Masyarakat adat. Sembek yang digunakan pada saat menjojo akan digunakan untuk menyembek Masyarakat adat yang datang pada Perayaan lebaran adat.
Menjojo dilakukan untuk membersihkan gedeng tengak dan juga menyamapaikan adanya pelaksanaan lebaran tinggi. Sisa air yang digunakan pada saat naik amben gedeng digunakan untuk membasuh kening sebelum menyembek. Buat peset, wajik, gula kelapa Peset, wajik, dan gula kelapa ini dibuat untuk sidekah kepada para kyai di Masjid Kuno, dan juga untuk menu makanan setelah kyai menyeblih pada hari yang kedua. Menu ini dibuat oleh kaum perempuan, tetapi untuk kebutuhan santannya dilakukan oleh kaum pria. Mengosap di Makam Reak dan mas Pengulu yang ada disekitar Masjid Kuno, kegiatan ini dilaksanakan setelah tindok kanak yaitu pada malam hari di atas jam sepuluh. Alat yang digunkan untuk mengosap adalah Usap. Yang ikut dalam prosesi ini yaitu dari pande, walin gumi, singgan dalem dan amak lokak gantungan rombong, yang jadi depan selalu bergantian setiap tahunnya.
Kegiatan yang dilakukan dalam Masjid Kuno :
A. Sholat Magrib
B. Tekang fitrah (segala kegirangan di Dunia) dan sidekah hari raya (berupa peset) ke Masjid Kuno untuk Kyai, dan selanjutnya Kyai yang membagikannya kembali kepada para Pemangku.
C. Sholat Isa dan shaolat minal witri dan witir,
D. Takbiran. Dalam setiap melaksanakan ibadah di Masjid Kuno, para Kyai mempunyai tempat masing-masing, yaitu :
a. Sebelah utara mimbar : Kyai dari Raden Batu Gerantung
b. Sebelah selatan mimbar : Kyai Pengulu, Lebe, Ketip dan Mudim (yang peling utara akan menjadi imam), santri yang lainnya sebagai hotbah dan makmum.
c. Sebelah Utara pintu : Santri semokan d. Sebelah selatan pintu : Jamaah santri umum Sementara didalam tiang yang empat tidak digunakan untuk ibadah, itu dokosongkan sebagai tempat untuk orang yang mengengkat.
2. Gawe Gawe merupakan hari pada puncak acara yaitu hari yang kedua. Pada puncak acara ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan yaitu :
a. Buat Ancak Ancak merupakan wadah untuk menaruh nasi dan lauk yan terbuat dari bambu berbentuk segi empat. Ancak yang dibuat hanya 16, dan kalau Kyai Lebe 8.
b. Buat kelepon dan surabi Kelepon dan surabi dibuat oleh kaum perempuan.
c. Serah ajian makam ke Kyai Penghulu dan Kyai Lebe (serah nasi jangan sesampak dan peset sesampak)
d. Mas Doa dari makam (surutang sembek mengosap), untuk Karang Bajo di makam reak dan makam Mas Pengulu
e. Meriap di berugaq Agung Meriap adalah prosesi yang terakhir dalam lebaran adat, yaitu makan berama antara para kyai adat dan tokoh adat. Prosesi ini dilakukan di Berugak Agung . Untuk memulai meriap akan dipersilahkan (menyilak) oleh Amak Lokak Gantungan Rombong dengan menyampaikan semua niat dan nazar dari Masyarakat Adat yang datang.
No comments:
Post a Comment