Menutu (Menumbuk Padi) |
PROSESI MAULID ADAT KARANG BAJO-BAYAN
Mulud Adat Bayan merupakan suatu ritual perayaan yang dilaksanakan setiap tahun sebagai bentuk penghormatan masyarakat adat terhadap Nabi Muhammad S.A.W dalam pelaksanaannya dilaksanakan selama dua hari, yang pertama di sebut “Kayu Aiq” dan yang kedua disebut “Gawe”
I.Hari Pertama “Kayu Aiq”
Kayu Aiq merupkan hari pertama dalam prosesi Mulud Adat Bayan, dimana pada hari ini masyarakat adat berbondong-bondong berdatangan ke Kampu untuk membawa bahan makanan yang berupa padi, kelapa, ketan, buah-buahan, dan beberapa ternak.
Berdasarkan perhitungan sereat (syari’at) adat Gama di Bayan “Mulud Adat Bayan” dilaksanakan tiga atau empat hari setelah ketetapan kalender Islam Maulid Nabi Muhammad S.A.W tanggal 11-12 Rabiul Awal Ton Jimawal (Wariga Sereat Adat Bayan) bertepatan dengan tanggal 26-27 Desember 2015 M.
Sejak dari pagi hari sampai malam, masyarakat adat Bayan berdatangan menuju “Kampu” yaitu suatu tempat yang di tuju untuk menyerahkan sebagaian sumber penghasilannya dari hasil bumi beserta “Batun Dupa” (uang) dan menyatakan Nazarnya kepada “Inan Meniq, yaitu seorang perempuan yang menerima hasil bumi dari para warga adat yang nantinya akan diolah dan di sajikan untuk dihaturkan kepada Ulama dan tokoh Adat Sasak Bayan di keesokan hari pada hari kedua (puncak acara) Mulud Adat, hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur warga atas penghasilnnya, kemudian Inan Meniq memberikan tanda di dahi warga adat dengan “mamaq” dari sirih sebagai ritual penandaan anak (kauman) adat yang disebut “Menyembeq”.
Pada hari Kayu Aiq ini, ada beberpa prosesi yang dilaksanakan yaitu ;
1). Balen Unggun,
2). Bisok Rantok
3). Ngalu Gerantung,
4). Menutu
5). Tunggul
6). Penjemputan Gong
7). Buang Unggun
8). Ngengelat dan Umbul-Umbul
9). Dan Temetian/Presean
1.Balen Unggun
Balen Unggun merupakan tempat menaruh sekam atau dedak padi, disamping itu juga Masyarakat adat menyiapkan tempat untuk menaruh alat-alat penumbuk padi yang di sebut “Tempan” tempan ini terbuat dari bambu.
2.Bisok Rantok
Rantok (Lesung Perahu)yang di gunakan untuk menumbuk padi perlu di bersihkan karena hanya di gunakan pada saat ritual adat tertentu. Pembersihan dilakuan oleh kaum pria yang tenaganhya masih kuat, dimana Rantok tersebut berukuran pada saat pembersihan dan pengeringan
3.Ngalu gerantung
Ngalu Gerantung adalah proses penjemputan “Gong” dan alat musik lainnya dari kampu Bat Orong (Bayan Barat) oleh warga masyarakat adat karang bajo, alat Gamelan yang di jemput ini di gunakan sebagai hiburan pada acara Mulud Adat Bayan dan sebagai pengiring pada saat acara presean (temetian), setelah rombongan penjemput Gerantung tiba di Karang Bajo “kampu” dilaksanakan acara penyambutan dan serah terima dengan ngaturang lekesan (sirih dan pinang), dan acara ritual “Taikan Mulud” dimulai.
4.Menutu
Menutu merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menumbuk padi menjadi beras. Proses menutu ini di lakukan oleh kaum perempuan, dan di laksanakan setelah “Gugur Kembang Waru” sekitar jam 15.30 waktu setempat.
Alat-alat yang digunakan adalah tempat yang terbuat dari bambu dan lesung perahu (rantok) yang terbuat dari kayu. Kaum perempuan yang ikut dalam proses menutu harus menggunakan busana yang berbeda dengan yang lainnya, yaitu dengan menggunakan “Jong” (ikat Kepala perempuan).
5.Tunggul
Tunggul adalah sebagai pemasang umbul-umbul yang terbuat dari bambututul yang akan dipajang pada setiap pojok Masjid kuno Bayan. Proses pencarian tunggul ini di pimpin oleh seorang pemangku yang disebut “Melokaq Penguban”. Proses ini dilakukan setelah mendapat perintah dari Inan Meniq yaitu dengan pemberian lekoq buaq (sirih dan pinang) oleh Inan Meniq kepada melokaq Penguban. Lekoq buaq ini merupakan suatu alat sebagai media bertabiq kepada pohon bambu yang akan di tebang.
Pencarian tunggul ini di lakukan oleh lima orang, dimana empat sebagai pembawa tunggul yaitu dari keturunan penguban, pembekel, melokaq gantungan rombong, pande, dan satu orang dari kalangan masyarakat adat sebagai pembawa bambu ikat.
6.Penjemputan Gong
Alat Musik Gong yang sudah berada di Kampu Karang Bajo di ambil kembali oleh masyarakat adat dari Bayan Barat, beserta satu ikat kayu bakar, satu ekor Ayam, kelapa danbeberapa bahan lain yang di gunakan untuk meengukup (mendo’akan) alat musik gong sebelum digunakan sebagai pengiring peresean/temetian.
7.Buang Unggun
Sekam padi yang di kumpulkan diatas balen unggun tersebut di buang kekali masaan segah yang letaknya sekitar 400 meter dari kampu karang bajo Dedaq beserta sekam itu di yakini oleh masyarakat Adat sebagai penyubur ikan yang ada di kali. Kaum Perempuan membawa sekam dan Dedaq sedangkan kaum Pria membawa tempan (Alat untuk menumbuk padi yang tersebut dari bambu).
8.Ngengelat dan Umbul-Umbul
Pada malam harinya bertepan dengan bulan purnama, para pemimpin adat dan Agama mulai melaksanakan “ngengelat” yaitu mendandani ruangan Masjid Kuno dengan kain yang memiliki simbol-simbol sarat (penuh) makna. Kain yang berwarna putih dan, biru di pasang pada langit-langit Masjid Kuno, sedang kain yang lainnya di pasang pada empat tiang Masjid tersebut.
Sementara diluar Masjid Kuno pelaksanaan pemasangan Umbul-Umbul, yaitu disetiap sudut dengan ujung Umbul-Umbul menghadap Masjid Kuno.
9.Temetian/Presean
Temetian/ presean merupakan suatu kesenian adu ketangkasan dua pria dengan menggunakan rotan sebagai alat pemukul (temeti) dan kulit binatang sebagai persiai (pelindung). Permainan ini terbuka untuk semua kalangan Masyarakat yang mau adu ketangkasan. Acara ini dilaksanakan di depan Masjid Kuno dengan di iringi olah alat musik Gong.
Para petarung (pepadu) yang sudah adu kemampuan harus bersalaman dan tidak di jadikan suatu dendam walaupun ada yang terluka. Jika salah satu ada yang merasa tidak mampu untuk menandingi lawan, amaka harus mengundurkan diri. Kesenian presean Mulud Adat merupakan tradisi Ritual yang dilakukan sejak berabad-abad dahulu.
II.Hari Kedua “Gawe”
Hari kedua tanggal 12 rabiul awal (Ton Jimawal) bertepan dengan tanggal 27 Desember 2015 M. adalah puncak acara yang disebut dengan “Gawe” acara gawe ini ada beberapa macam prosesi yang dilakukan yaitu ;
1.Menyemblih (sembelih)
2.Bisok menik
3.Pengaluan Payung Agung
4.Ancak
5.Mengageq
6.Praja mulud
7.Bisok Berugak Agung
8.Majang
9.Memblonyo
10.Meriap dan
11.Melusut
1). Menyemblih (sembelih)
Menyemblih merupakan kegiatan pemotongan sapi atau ternak yang di bawa oleh Masyarakat Adat. Ternak-ternak tersebut dipotong (disemblih) oleh kyai Adat yaitu kyai Lebe yang dibantu oleh santrinya.
2). Bisoq Meniq
Bisoq Meniq merupakan proses membersihkan beras yang sudah dibersihkan (tempik) dengan iringan-iringan panjang para perempuan adat dengan rapi berbaris dengan bakul-bakul beras di kepala menuju lokok (kali) “Masan segah” yang memang di khususkan untuk mencuci beras pada saat acara ritual Mulud Adat bayan dilaksanakannya, jaraknya sekitar 400 meter dari kampu Karang Bajo.
Bagi kaum pria, melaksanakan pemotongan ternak-ternak yang yang sudah dibawa oleh masyarakat adat. Ternak-ternak tersebut dipotong (disemblih) oleh Kyai Adat yaitu kyai Lebe.
3). Pengaluan Payung Agung
Paying Agung yang hanya di bawa oleh Amaq Lokaq Penguban di jemput oleh masyarakat Adat Bayan Barat, Bat Orong. Paying Agung tersebut di gunakan untuk memayungi pasangan pengantin pada saat Praja Mulud dari Bayan Barat ke Masjid kuno.
4). Ancak
Ancak adalah tempat digunakan untuk mengageq, yang terbuat dari bambu, berbentuk persegi dan di buat oleh kaum pria. Ancak ini merupakan sesuatu hidangan pada saat acara makan bersama di Masjid Kino oleh para pemuka Agama Adat, sedangkan untuk masyarakat adat makan bersama didalam kampu.
5). Mengageq
Mengageq yaitu menata hidangan diatas sebuah tempat yang terbuat dari bambu, yang dirancang sedemikian rupa hyang disebut dengan “Ancak” serta menata hidangan diatas “Sampa” yang terbuat dari kayu, yang nantinya dihidangkan pada saat acara di masjid kuno dan acara meriap di Berugak Agung. Mengageq ini hanya dilakukan oleh kaum perempuan.
6). Praja Mulud
Para Pemuda Adat yang di dandani menyerupai sepasang penganting yang di iring dari rumah “Pembekel Belq Bat Orong” (pemangku adat dari Bayan Barat) menuju Masjid Kuno dengan membawa sajian berupa hidangan seperti nasi dan lauq pauqnya (Ancak) “Praja mulud” ini menggambarkan proses terjadinya perkawinan langit dan bumi, Adam dan Hawa yang di simbolkan dengan pasangan pengantin yang dilakukan oleh pranata-pranata Adat Bayan.
Rombongan Praja Mulud yang sudah masuk dalam Masjid Kuno duduk dengan rapi, salah satu pemuka Agama mempin do’a di lanjutkan dengan makan bersama. Kegiatan ini merupakan wujud rasa syukur warga Adat Sasak Bayan kepada para ulama sekaligus menjadi perayaan kelahiran Nabi Muhammad. S.A.W yang di rayakan secara Adat.
7). Majang
Majang merupakan proses menghiasi “Berugak Agung” dengan menggunakan kain dan dilakukan oleh kaum perempuan berdasarkan garis keturunan yaitu; di tiang sebelah tenggara oleh Melokaq Gantungan rombong, tiang tengah timur oleh Penyunat, tiang timur laut oleh Pande, tiang barat laut oleh keturunan Kyai Lebe
8). Bisoq Berugaq Agung
Bisok berugaq Agung merupakan tugas dari dua orang laki-laki dari masyarakat adat. Hal ini di lakukan agar berugaq agung yang di gunakan sebagai tempat majang dan memblonyo dalam keadaan bersih dan suci.
9). Memblonyo
Memblonyo merupakan kegiatan pemberian tanda kepada Masyarakat Adat oleh wanita dari keturunan yang ikut dalam proses Majang tersebut. Blonyo ini adalah minyak yang terbuat dari kelapa “Mareng” yang dibuat oleh masyarakat Bat Orong, dimana kelapa tersebut di bawa dari masyarakat Adat Karang Bajo.
10). Meriap
Meriap adalah makan bersama di Berugaq Agung yang di hadiri oleh para undangan yang berasal dari Bat Orong, Plawangan, Timuq Orong, dan Pemuka Agama dan Adat dari Karang bajo.
Meriap dipimpin oleh Kyai Lebe yang di pesilaq (Permintaan) dari melokaq Gantungan Rombong. Meriap tersebut di layani oleh sebagian masyarakat untuk menambah makanan yang tersedia di “Sampaq” Kagungan
11). Melusut
Melusut adalah membuka kembali “Pajangan” (kain yang menghiasi Berugaq Agung) oleh masyarakat Adat setelah Pajangangan tersebut selesai maka seluruh rangkaian acara Mulud Adat selesai dan masyarakat kembali kerumah masing-masing.
Mulud Adat Bayan merupakan suatu ritual perayaan yang dilaksanakan setiap tahun sebagai bentuk penghormatan masyarakat adat terhadap Nabi Muhammad S.A.W dalam pelaksanaannya dilaksanakan selama dua hari, yang pertama di sebut “Kayu Aiq” dan yang kedua disebut “Gawe”
I.Hari Pertama “Kayu Aiq”
Kayu Aiq merupkan hari pertama dalam prosesi Mulud Adat Bayan, dimana pada hari ini masyarakat adat berbondong-bondong berdatangan ke Kampu untuk membawa bahan makanan yang berupa padi, kelapa, ketan, buah-buahan, dan beberapa ternak.
Berdasarkan perhitungan sereat (syari’at) adat Gama di Bayan “Mulud Adat Bayan” dilaksanakan tiga atau empat hari setelah ketetapan kalender Islam Maulid Nabi Muhammad S.A.W tanggal 11-12 Rabiul Awal Ton Jimawal (Wariga Sereat Adat Bayan) bertepatan dengan tanggal 26-27 Desember 2015 M.
Sejak dari pagi hari sampai malam, masyarakat adat Bayan berdatangan menuju “Kampu” yaitu suatu tempat yang di tuju untuk menyerahkan sebagaian sumber penghasilannya dari hasil bumi beserta “Batun Dupa” (uang) dan menyatakan Nazarnya kepada “Inan Meniq, yaitu seorang perempuan yang menerima hasil bumi dari para warga adat yang nantinya akan diolah dan di sajikan untuk dihaturkan kepada Ulama dan tokoh Adat Sasak Bayan di keesokan hari pada hari kedua (puncak acara) Mulud Adat, hal ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur warga atas penghasilnnya, kemudian Inan Meniq memberikan tanda di dahi warga adat dengan “mamaq” dari sirih sebagai ritual penandaan anak (kauman) adat yang disebut “Menyembeq”.
Pada hari Kayu Aiq ini, ada beberpa prosesi yang dilaksanakan yaitu ;
1). Balen Unggun,
2). Bisok Rantok
3). Ngalu Gerantung,
4). Menutu
5). Tunggul
6). Penjemputan Gong
7). Buang Unggun
8). Ngengelat dan Umbul-Umbul
9). Dan Temetian/Presean
1.Balen Unggun
Balen Unggun merupakan tempat menaruh sekam atau dedak padi, disamping itu juga Masyarakat adat menyiapkan tempat untuk menaruh alat-alat penumbuk padi yang di sebut “Tempan” tempan ini terbuat dari bambu.
2.Bisok Rantok
Rantok (Lesung Perahu)yang di gunakan untuk menumbuk padi perlu di bersihkan karena hanya di gunakan pada saat ritual adat tertentu. Pembersihan dilakuan oleh kaum pria yang tenaganhya masih kuat, dimana Rantok tersebut berukuran pada saat pembersihan dan pengeringan
3.Ngalu gerantung
Ngalu Gerantung adalah proses penjemputan “Gong” dan alat musik lainnya dari kampu Bat Orong (Bayan Barat) oleh warga masyarakat adat karang bajo, alat Gamelan yang di jemput ini di gunakan sebagai hiburan pada acara Mulud Adat Bayan dan sebagai pengiring pada saat acara presean (temetian), setelah rombongan penjemput Gerantung tiba di Karang Bajo “kampu” dilaksanakan acara penyambutan dan serah terima dengan ngaturang lekesan (sirih dan pinang), dan acara ritual “Taikan Mulud” dimulai.
4.Menutu
Menutu merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menumbuk padi menjadi beras. Proses menutu ini di lakukan oleh kaum perempuan, dan di laksanakan setelah “Gugur Kembang Waru” sekitar jam 15.30 waktu setempat.
Alat-alat yang digunakan adalah tempat yang terbuat dari bambu dan lesung perahu (rantok) yang terbuat dari kayu. Kaum perempuan yang ikut dalam proses menutu harus menggunakan busana yang berbeda dengan yang lainnya, yaitu dengan menggunakan “Jong” (ikat Kepala perempuan).
5.Tunggul
Tunggul adalah sebagai pemasang umbul-umbul yang terbuat dari bambututul yang akan dipajang pada setiap pojok Masjid kuno Bayan. Proses pencarian tunggul ini di pimpin oleh seorang pemangku yang disebut “Melokaq Penguban”. Proses ini dilakukan setelah mendapat perintah dari Inan Meniq yaitu dengan pemberian lekoq buaq (sirih dan pinang) oleh Inan Meniq kepada melokaq Penguban. Lekoq buaq ini merupakan suatu alat sebagai media bertabiq kepada pohon bambu yang akan di tebang.
Pencarian tunggul ini di lakukan oleh lima orang, dimana empat sebagai pembawa tunggul yaitu dari keturunan penguban, pembekel, melokaq gantungan rombong, pande, dan satu orang dari kalangan masyarakat adat sebagai pembawa bambu ikat.
6.Penjemputan Gong
Alat Musik Gong yang sudah berada di Kampu Karang Bajo di ambil kembali oleh masyarakat adat dari Bayan Barat, beserta satu ikat kayu bakar, satu ekor Ayam, kelapa danbeberapa bahan lain yang di gunakan untuk meengukup (mendo’akan) alat musik gong sebelum digunakan sebagai pengiring peresean/temetian.
7.Buang Unggun
Sekam padi yang di kumpulkan diatas balen unggun tersebut di buang kekali masaan segah yang letaknya sekitar 400 meter dari kampu karang bajo Dedaq beserta sekam itu di yakini oleh masyarakat Adat sebagai penyubur ikan yang ada di kali. Kaum Perempuan membawa sekam dan Dedaq sedangkan kaum Pria membawa tempan (Alat untuk menumbuk padi yang tersebut dari bambu).
8.Ngengelat dan Umbul-Umbul
Pada malam harinya bertepan dengan bulan purnama, para pemimpin adat dan Agama mulai melaksanakan “ngengelat” yaitu mendandani ruangan Masjid Kuno dengan kain yang memiliki simbol-simbol sarat (penuh) makna. Kain yang berwarna putih dan, biru di pasang pada langit-langit Masjid Kuno, sedang kain yang lainnya di pasang pada empat tiang Masjid tersebut.
Sementara diluar Masjid Kuno pelaksanaan pemasangan Umbul-Umbul, yaitu disetiap sudut dengan ujung Umbul-Umbul menghadap Masjid Kuno.
9.Temetian/Presean
Temetian/ presean merupakan suatu kesenian adu ketangkasan dua pria dengan menggunakan rotan sebagai alat pemukul (temeti) dan kulit binatang sebagai persiai (pelindung). Permainan ini terbuka untuk semua kalangan Masyarakat yang mau adu ketangkasan. Acara ini dilaksanakan di depan Masjid Kuno dengan di iringi olah alat musik Gong.
Para petarung (pepadu) yang sudah adu kemampuan harus bersalaman dan tidak di jadikan suatu dendam walaupun ada yang terluka. Jika salah satu ada yang merasa tidak mampu untuk menandingi lawan, amaka harus mengundurkan diri. Kesenian presean Mulud Adat merupakan tradisi Ritual yang dilakukan sejak berabad-abad dahulu.
II.Hari Kedua “Gawe”
Hari kedua tanggal 12 rabiul awal (Ton Jimawal) bertepan dengan tanggal 27 Desember 2015 M. adalah puncak acara yang disebut dengan “Gawe” acara gawe ini ada beberapa macam prosesi yang dilakukan yaitu ;
1.Menyemblih (sembelih)
2.Bisok menik
3.Pengaluan Payung Agung
4.Ancak
5.Mengageq
6.Praja mulud
7.Bisok Berugak Agung
8.Majang
9.Memblonyo
10.Meriap dan
11.Melusut
1). Menyemblih (sembelih)
Menyemblih merupakan kegiatan pemotongan sapi atau ternak yang di bawa oleh Masyarakat Adat. Ternak-ternak tersebut dipotong (disemblih) oleh kyai Adat yaitu kyai Lebe yang dibantu oleh santrinya.
2). Bisoq Meniq
Bisoq Meniq merupakan proses membersihkan beras yang sudah dibersihkan (tempik) dengan iringan-iringan panjang para perempuan adat dengan rapi berbaris dengan bakul-bakul beras di kepala menuju lokok (kali) “Masan segah” yang memang di khususkan untuk mencuci beras pada saat acara ritual Mulud Adat bayan dilaksanakannya, jaraknya sekitar 400 meter dari kampu Karang Bajo.
Bagi kaum pria, melaksanakan pemotongan ternak-ternak yang yang sudah dibawa oleh masyarakat adat. Ternak-ternak tersebut dipotong (disemblih) oleh Kyai Adat yaitu kyai Lebe.
3). Pengaluan Payung Agung
Paying Agung yang hanya di bawa oleh Amaq Lokaq Penguban di jemput oleh masyarakat Adat Bayan Barat, Bat Orong. Paying Agung tersebut di gunakan untuk memayungi pasangan pengantin pada saat Praja Mulud dari Bayan Barat ke Masjid kuno.
4). Ancak
Ancak adalah tempat digunakan untuk mengageq, yang terbuat dari bambu, berbentuk persegi dan di buat oleh kaum pria. Ancak ini merupakan sesuatu hidangan pada saat acara makan bersama di Masjid Kino oleh para pemuka Agama Adat, sedangkan untuk masyarakat adat makan bersama didalam kampu.
5). Mengageq
Mengageq yaitu menata hidangan diatas sebuah tempat yang terbuat dari bambu, yang dirancang sedemikian rupa hyang disebut dengan “Ancak” serta menata hidangan diatas “Sampa” yang terbuat dari kayu, yang nantinya dihidangkan pada saat acara di masjid kuno dan acara meriap di Berugak Agung. Mengageq ini hanya dilakukan oleh kaum perempuan.
6). Praja Mulud
Para Pemuda Adat yang di dandani menyerupai sepasang penganting yang di iring dari rumah “Pembekel Belq Bat Orong” (pemangku adat dari Bayan Barat) menuju Masjid Kuno dengan membawa sajian berupa hidangan seperti nasi dan lauq pauqnya (Ancak) “Praja mulud” ini menggambarkan proses terjadinya perkawinan langit dan bumi, Adam dan Hawa yang di simbolkan dengan pasangan pengantin yang dilakukan oleh pranata-pranata Adat Bayan.
Rombongan Praja Mulud yang sudah masuk dalam Masjid Kuno duduk dengan rapi, salah satu pemuka Agama mempin do’a di lanjutkan dengan makan bersama. Kegiatan ini merupakan wujud rasa syukur warga Adat Sasak Bayan kepada para ulama sekaligus menjadi perayaan kelahiran Nabi Muhammad. S.A.W yang di rayakan secara Adat.
7). Majang
Majang merupakan proses menghiasi “Berugak Agung” dengan menggunakan kain dan dilakukan oleh kaum perempuan berdasarkan garis keturunan yaitu; di tiang sebelah tenggara oleh Melokaq Gantungan rombong, tiang tengah timur oleh Penyunat, tiang timur laut oleh Pande, tiang barat laut oleh keturunan Kyai Lebe
8). Bisoq Berugaq Agung
Bisok berugaq Agung merupakan tugas dari dua orang laki-laki dari masyarakat adat. Hal ini di lakukan agar berugaq agung yang di gunakan sebagai tempat majang dan memblonyo dalam keadaan bersih dan suci.
9). Memblonyo
Memblonyo merupakan kegiatan pemberian tanda kepada Masyarakat Adat oleh wanita dari keturunan yang ikut dalam proses Majang tersebut. Blonyo ini adalah minyak yang terbuat dari kelapa “Mareng” yang dibuat oleh masyarakat Bat Orong, dimana kelapa tersebut di bawa dari masyarakat Adat Karang Bajo.
10). Meriap
Meriap adalah makan bersama di Berugaq Agung yang di hadiri oleh para undangan yang berasal dari Bat Orong, Plawangan, Timuq Orong, dan Pemuka Agama dan Adat dari Karang bajo.
Meriap dipimpin oleh Kyai Lebe yang di pesilaq (Permintaan) dari melokaq Gantungan Rombong. Meriap tersebut di layani oleh sebagian masyarakat untuk menambah makanan yang tersedia di “Sampaq” Kagungan
11). Melusut
Melusut adalah membuka kembali “Pajangan” (kain yang menghiasi Berugaq Agung) oleh masyarakat Adat setelah Pajangangan tersebut selesai maka seluruh rangkaian acara Mulud Adat selesai dan masyarakat kembali kerumah masing-masing.
No comments:
Post a Comment