Tuesday, February 28, 2023

Bagian Kedua "Kisah Legendaris Perempuan Lombok, Denda Cilinaya"


Kali ini penulis akan kembali menceritakan tentang cerita Legendaris Perempuan Lombok yang di kenal dengan Denda Cilinaya. Pada Episode sebelumnya, Datu Daha sudah menyampaikan niatnya kepada Saudaranya Datu Keling, tentang keberadaan Kayangan yang bisa dijadikan tempat untuk berdo’a, dan Datu Keling langsung menanyakan kesiapan Datu Daha tentang waktu yang tepat untuk mengunjungi Kayangan tersebut.

Pada Episode kedua ini, kita akan melanjutkan cerita tersebut.

Mendengar ajakan Datu Keling untuk mengunjungi Kayangan, Datu Dahapun menjawab, sebaiknya kita pergi pada Hari Jumat, Sahut Datu Daha. Kita butuh mempersiapkan diri sebelum berangkat. Datu Kelingpun meng-iyakan tawaran Datu Daha, yaitu untuk berangkat di hari jum’at.

Obrolan serius di Pendopopun berakhir, mereka hanya duduk santai dengan obrolan ringan. Kopi, rokok, dan beberapa jenis makanan yang sudah di sediakan oleh Datu Keling untuk rombongan adiknya Datu Dahapun disantap bersama. Beberapa diantara mereka ada yang nyirih, dan ada juga yang menikmati makanan dari dulang yang sudah tersedia.


Setelah Rombongan Datu Daha selesai menikmati makanan yang disiapkan oleh Kakaknya Datu Keling, mereka langsung pamit untuk balik ke Kerajaan Daha.

Setiba di Keraton Daha, Datu Dahapun langsung menceritakan hasil pembicaraannya dengan Datu Keling, dimana mereka telah sepakat untuk pergi ke Kayangan pada hari Juma’at yang akan datang. Mendengar informasi yang disampaikan oleh Datu Daha, sang permaisuripun sangat senang dan bahagia.

Beberapa hari kemudian, sang permaisuri memerintahkan kepada warganya yang perempuan untuk membuat berbagai jenis makanan yang akan di bawa ke Kayangan pada hari Jum’at. Ada yang membuat topat, bantal, timbung, opak-opak, serabi, ketimus, cucur, dan pisang goreng. Tidak hanya itu, makanan bubur, dodol, wajik, apem, dadar, tempani, dan jajan durepun dibuat juga. Sementara jenis makanan untuk lauk pauk juga tak ketinggalan, dibuat juga ayam panggang, ayam goreng, telur goreng, sate, siput, telor opor, bubur kuning, bebek guling, ikan panggang, semua disiapkan untuk keperluan di hari jum’at saat menuju Kayangan.

Tiba di hari jum’at, mereka semua jalan, yang laki-laki memikul, dan yang perempuan membawa dengan bakulan dikepala. Beberapa yang lainnya membawa kuda berada pada barisan belakang. Datu Daha segera memerintahkan anak buahnya untuk membuka pintu gerbang.


Perjalanan Raja untuk berdoa di Kayangan ternyata sangat di supot oleh Masyarakatnya, hal ini dapat dilihat dari banyaknya Masyarakat yang ikut mendampingi Rajanya ke Kayangan. Besar maupun kecil, laki perempuan, kakak adik, semuany ikut rombongan menuju Kayangan.

Pemimpin barisak adalah para pasukan pilihan yang ahli tembak, ahli panah, dan keahlian bersenjata lainnya. Sebagian pasukan yang bersenjata berada di belakang barisan sebagai pasukan keamanan.

Perjalanan sesekali diiringi dengan tembang atau lawas, dan teriakan gegerok. Perjalanan yang mereka lakukan seperti iringan pengantin karena banyaknya warga yang ikut serta.

Pada suatu persimpangan, rombongan Datu Dahapun bertemu dengan Rombongan kakaknya Datu Keling. Lokasi pertemuan ini memang sudah disepakati sebelumnya, termasuk kisaran waktunya juga.

Keberangkatan 2 Raja tersohor di Lombok menuju Kayangan disaksikan oleh Banyak warga sepanjang perjalanan yang ada permukiman penduduk. Jangankan Masyarakat yang terlibat, yang hanya menyaksikan lewat pinggir jalan saja seolah meng-amini niat dari 2 Raja untuk berdo’a di Kayangan sehingga mendapatkan anak atau keturunan.


Lama melakukan perjalanan, akhirnya merekapun sampai di tempat yang di tuju, yaitu Kayangan. Kedua Raja bersama keluarganya duduk dibawah pohon beringin. Datu Daha segera memerintahkan anak buahnya untuk memanggil penunggu tempat yang keramat tersebut.

Demikian cerita Denda Cilinaya di Episode yang ke-2 ini, nantikan episode berikutnya. Terimakasih

No comments:

Post a Comment