Tuesday, February 28, 2023

Bagian Pertama "Kisah Legendaris Perempuan Lombok, Denda Cilinaya"


Kisah legendaris perempuan Lombok Denda Cilinaya memang terdapat kontroversi, dimana cerita ini muncul dibeberapa kabupaten yang ada di Lombok seperti, Kabupaten Lombok Utara, dan Lombok Timur. Faktor itu dipengaruhi oleh keberadaan lontarnya yang ada di daerah tersebut, termasuk penamaan nama tempat khusus seperti Kecmatan Kayangan di Lombok Utara dan Pelabuhan Kayangan di Lombok Timur.

Sejarah Denda Cilinaya ditulis dalam sebuah lontar, kemudian ditranslit oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Utara melalui Bidang Kebudayaan. Tim yang terlibat dalam penyaduran kisah Denda Cilinaya merupakan Masyarakat Lokal, tim tersebut adalah Remadi, Pengulu Bayan atau Amaq Riajim, Renadi, Remaja, dan Singadi.


Baiklah, kita lanjut pada kisah pertama tentang Cerita Legendaris Perempuan Lombok yang dikenal dengan Denda Cilinaya.

Terdapat cerita tentang Datu Keling dan Saudaranya Datu Daha. Kedua  Datu tersebut sama-sama memimpin sebuah kerajaan. Kedua penguasa sohor dan di segani oleh Masyarakatnya karena memiliki kasih saying kepada anak yatim. Dalam kejayaan mereka pada masa itu, justru tidak memiliki keturunan.

Sebagai pemimpin kerajaan Daha dan juga Kerajaan Keling, tentu sang raja akan merasakan kebingungan untuk menentukan penerusnya dalam memimpin rakyatnya kelak. Pada suatu hari, sang Raja meminta Patihnya untuk mencari orang pintar atau dukun, dengan harapan bisa menemukan solusi untuk mendapatkan keturunan.

Memalui saran yang disampaikan oleh sang Dukun, tentang adanya tempat keramat yang ada di Kayangan. Kayangan merupakan tempat yang bisa digunakan untuk berdo’a, kepada sang pencipta untuk mendapatkan keturunan atau anak. Sejauh ini, semua permintaan yang disampaikan di Kayangan selalu di Kabulkan.

Montong Cilinaya di Anyar

Informasi yang diperolah oleh Datu Daha, secepatnya disampikan kepada saudaranya Datu Keling. Dengan didampingi oleh patih, dan beberapa orang dari Masyarakat. Setibanya Datu Daha bersama rombongan di Kerajaan Keling, merekapun diterima dengan baik oleh Saudaranya Raja Keling.

Raja Keling mempersilahkan rombongan tamunya untuk duduk di pendopo, dimana tamu tersebut adalah rombongan saudaranya sendiri. Datu Daha dan Patihnya mengikuti tawaran tuan rumah untuk duduk di pendopo.

Setelah mereka duduk dengan rapi, dan sedikit obrolan sebagai basa basi, Datu Daha langsung menceritakan tentang tujuannya datang ke Kerajaan Keling. Tujuan saya bersama rombongan datang kemari untuk menyampaikan saran dukun dan juga istri hamba, tentang suatu tempat yang keramat di Kayangan. Konon, apapun yang diminta ditempat tersebut akan dikabulkan, termasuk untuk meminta keturunan atau anak, ungkap Datu Daha.

Mendengar apa yang disampaikan oleh saudaranya, Datu Kelingpun langsung merespon dengan semangat dan penuh harap. Jika demikian adanya, kapan kita berangkat ke Kayangan? Datu keling merespon apa yang disampaikan saudaranya Datu Daha.

Bagaimana kisah selanjutnya, nantikan di episode yang kedua.

No comments:

Post a Comment