Wednesday, March 1, 2023

Bagian Ketiga "Cerita Legendaris Perempuan Lombok, Denda Cilinaya"


Kedua Raja bersama keluarganya duduk dibawah pohon beringin. Datu Daha segera memerintahkan anak buahnya untuk memanggil penunggu tempat yang keramat tersebut. Bergegaslah salah satu dari anak buah Datu Daha masuk ke Kayangan untuk memanggil. Setelah bertemu, dengan posisi duduk bersila, sang prajurit langsung menyampaikan tujuan rombongan datang ke Kayangan, serta Datu Daha dan Datu Keling sedang menunggu diluar.

Mendengar pesan tentang kedatangan 2 Raja untuk meminta pertolongan di Kayangan, sang penunggu langsung keluar bersama sang utusan untuk menyambut kedatangan Raja Daha dan Raja Keling.

Saat bertemu, Datu Daha kembali menyampaikan tentang niatnya tersebut kepada sang penunggu, Saya kemari bersama Datu Keling untuk berdo’a supaya diberikan keturunan perempuan. Apabila terkabul, nanti pada saat potong rambut atau mengkuris saya akan kembali untuk melaksanakan ritualnya ditempat ini, ungkap Datu Daha.

Selesai Datu Daha menyampaikan niatnya kepada penunggu Kayangan, disambung lagi oleh Datu Keling dengan mengatakan, Saya juga seperti itu, Jika Allah mengabulkan saya memiliki anak laki-laki, maka pada acara potong rambutnya akan dilaksanakan ditempat ini juga.


Mendengar ungkapan dari kedua Raja tersebut, Pemangku atau Penunggu Kayangan langsung menyiapkan dupa dan air suci sebagai perlengkapan untuk melaksanakan ritual do’a. Pemangku membakar kemenyan, berdo’a kepada Yang Maha Kuasa tentang keinginan Datu Daha untuk memperoleh anak Perempuan, dan juga keinginan Datu Keling untuk mendapatkan anak laki-laki.

Setelah pemangku melakukan do’a, lalu meminta kepada Datu-datu tersebut untuk berdo’a kembali, sampaikan tentang niat dan tujuan datang kemari. Dalam do’a Datu Daha, apabila keinginan saya untuk mendapatkan anak perempuan dikabulkan, kedepan akan menjamu warga sebanyak-banyak ditempat ini, akan disiapkan 2 ekor kerbau bertanduk emas yang diukir, dan juga kerbau-kerbau tersebut akan dipakaikan sepatu selaka atau sepatu logam, ekornya dipasangkan sutra merah dan putih, dengan tutup kepala berwarna kuning, kain ludru untuk menutupi kulitnya. Ke 2 kerbau lengkap dengan perhiasan tersebut untuk disembelih dan disantap oleh warga banyak ditempat ini. Datu Daha langsung mencuci mukanya, dan keluar dari tempat berdo’a.

Datu Keling menggantikan posisi duduk Datu Daha untuk berdo’a kepada sang pencipta. Kalau saya diberikan anak laki-laki, nanti saya kesini membawakan sirih selembar, pinang seiris, tembakau sekepal, lengkap dengan kapurnya. Setelah menyampaikan nazarnya, Datu Keling mencuci muka dan meninggalkan tempat berdo’a.

Para rombongan pengiring 2 Raja tersebut tertawa, termasuk Pemangku yang menunggu kayangan. Nazar yang disampaikan oleh datu Keling sangat berberda dengan Datu Daha, Datu Keling terkesan seperti nazar orang biasa, bukan nazar seorang Raja.

Kedua Datu yang bersaudara tersebut kembali duduk di bawah pohon beringin, berdekatan dengan keluarganya masing-masing.


Raden Patih bersama beberapa prajurit langsung mempersiapkan hidangan yang sudah mereka bawa, posisi dengan duduk berjajar, dulang berada ditengah. Seluruh rombongan Datu Daha dan datu Keling, ditambah dengan Pemangku yang menunggu Kayangan menikmati makanan dibawah pohon beringin.

Semua rombongan bersiap untuk pulang, datu bersama patih dan para pembesar lainnya berada paling depan, sementara warga masyarakat diposisi tengah, dan beberapa prajurit bersenjata paling belakang. Sore jum’at itu, berjalanlah 2 kelompok kerajaan tersohor di Lombok dari Kayangan, mereka tergabung menjadi 1 rombongan, dan setelah tiba dipersimpangan, dimana mereka bertemu sebelumnya saat berangkat, baru memisahkan diri, ada yang menuju Kerajaan Daha, dan ada yang menuju kerajaan Keling.

Sesampai dirumah masing-masing, seluruh warga, pasukan, termasuk keluarga Datu tertidur lelap, mereka semua merasa lelah karena telah berjalan kaki ke Kayangan, dan dari Kayangan kembali lagi kerumah.

Waktupun terus berjalan, hari demi hari, minggu berganti, bulan terus berlalu, dan datanglah waktu dimana pertanda itu diterima oleh permaisuri atas kunjungan mereka ke Kayangan beberapa bulan yang lalu. Kedua Permaisuri sudah beberapa bulan tidak haid atau datang bulan, cerita pagi it uterus tersebar keseluruh Negeri Daha dan Keling.

Para permaisuri menginginkan beberapa jenis makanan seperti buah-buahan, manggis, salak, duren, kepundung, rambutan, ceruring, mangga, jambu, delima, nangka, serikaya, nanas, pisang, sabrang, ubi, kembiliq, dan Isi Pandan. Datu Daha kewalahan memenuhi semua keinginan Permaisuri, pesuruhpun kelelahan mencari dari seluruh wilayah yang ada dikerajaan. Setelah menyiapkan kebutuhan permaisuri tersebut, pesuruh diminta lagi untuk mencarikan tanah ampan.

Demikian Cerita Legendaris Perempuan Lombok di Episode Ketiga ini. Nantikan kelanjutannya pada episode berikutnya Terimkasih

No comments:

Post a Comment