Monday, March 6, 2023

Bagian Ketujuh "Kisah Legendaris Perempuan Lombok, Denda Cilinaya"


Pada episode sebelumnya, romobongan Datu Daha dan Datu Keling sedang melakukan perjalanan pulang dari Kayangan. Rombongan Datu Daha berada dibarisan paling belakang, sampai akhirnya Denda Ratsasih diterbangkan oleh angin puting beliung yang kencang. Beberapa saat kemudian, anginpun mulai mereda, semua sibuk mencari kesemua penjuru. Salah satu dari mereka melihat keatas, diantara debu dan ranting terlihat sosok anak kecil yang terbawa angin tanpa arah, serentak yang lainpun memalihkan pandangan mereka kelangit, terlihat mulai tak jelas, dan akhirnya menghilang.

Banyak warga dan prajurit mencari keseluruh penjuru, ada yang kearah timur, kepesisir laut bagian utara, kearah barat, dan kearah gunung dibagian selatan, tetapi tetap tidak ketemu.

Datu Daha kebingungan, sedih, dan memikirkan segala yang telah menimpa dirinya. Nazar dimasa lalu, akan membawa 2 kerbau berhias permata, dan lain-lain ke Kayangan pada ritual potong rambut justru tidak ditepati, sampai Allah yang Maha kuasapun murka.

Melihat kejadian yang menimpa Datu Daha, Datu Kelingpun kembali mendekati adiknya dan menenangkan dengan berkata, adik tabahkan hatimu, ini merupakan ujian dari Allah Yang Maha Kuasa, karena kamu lupa janji. Salah atau benar, kita tidak boleh menentukan, tetapi apapun yang terjadi harus kita terima dengan ihlas. Mudahan kita mendapatkan pengampunan dari Allah, sehingg mendapatkan kabar baik tentang Denda Ratsasih. Jika dia masih hidup dan jatuh sekitaran Lombok, maka kita pasti akan mendapatkan kabar, karena tidak akan ada yang berani untuk menyembunyikannya, ungkap Datu Keling.

Datu Keling langsung mengajak adiknya pulang, karena dianggap percuma menunggu dijalan, makanan dan sirihpun sudah habis pada acara di Kayangan. Mendengar ungkapan dari Kakaknya Datu Keling, Datu Dahapun menuruti, dan mereka melanjutkan perjalanan pulang.

Di Kerajaan Daha, Datu menangis terisak-isak, putri kesayangannya yang masih kecil sudah tidak ada lagi. Kesedihan permaisuripun terus berlarut, bahkan sampai lupa mengurus diri mereka, semua teringat dengan putri cantik Denda Ratsasih.

Angin puting beliung yang menerbangkan anak Datu Daha, terus menerus membawa tubuh kecil itu, sampai pada suatu tempat disekitar hutan, terdapat pohon kepundung dekat mata air, Denda Ratsasihpun terjatuh. Sungguh merupakan keajaiban Tuhan, anak kecil itu tidak luka sedikitpun.

Dalam hutan tersebut, terdapat gubuk kecil yang ditinggali sebuah keluarga yaitu Inaq Bangkol dan Amaq Bangkol. Mereka merupakan keluarga yang tidak memiliki keturunan.

Inaq Bangkol mengajak suaminya Amaq bangkol bersama-sama ke ladang yang ada didekat hutan untuk mencari daun ila-ila sebagai sayur makanan, tetapi Amaq Bangkol justru meminta istrinya untuk pergi sendiri, sementara dia akan pergi ke laut untuk memancing ikan. Mendengar saran suaminya, Inaq Bangkol akhirnya bergegas untuk pergi sendiri dengan membawa bakulnya.

Setelah tiba dipinggir hutan yang terdapat air mancur, Inaq Bangkol mampir mandi, menggosok gigi dan mencuci, baru melanjutkan untuk mencari daun ila-ila dan tanaman paku sebagai sayur. Jenis tanaman yang dicari merupakan sayuran yang tumbuh disekitar air, jadi Inaq bangkol cukup mencari sayuran yang dibutuhkan tidak jauh dari tempatnya mandi.

Sambil menunduk, dengan langkah pelan, Inaq Bangkol memetik satu persatu sayuran paku yang masih muda, sampai mendekati pohon kepundung. Sungguh takdir Tuhan, langkah Inaq Bangkol tepat kearah dimana Denda Ratsasih terjatuh, dan akhirnya terlihat sosok anak kecil oleh Inaq Bangkol yang sedang mencari tanaman sayur.

Inaq Bangkol langsung mundur dan lari karena terkejut, sayuran di bakulnya jatuh tergelatak di tanah dalam posisi terpisah. Dalam hati Inaq Bangkol, itu merupakan sosok jin atau setan.

Tidak jauh berlari, Inaq Bangkol berhenti dan beristrahat, dalam hati berfikir lagi, apakah benar itu jin atau setan? Terus merenung dan berpikir, sampai akhirnya dalam kebingungan dan rasa penasaran yang ada pada dirinya, memutuskan untuk kembali.

Batu ditangan, terus berjalan dengan sangat pelan kembali menuju pohon kepundung. Begitu sosok anak itu terlihat, dilempari dengan batu yang ada ditangannya. Sungguh keajaiban juga, batu yang mengenai anak itu, tidak membuat dia terluka sedikitpun, bahkan sampai dilempari berkali-kali, dan hal itu membuat Inaq Bangkol semakin takut.

Melihat pakaian yang digunakan anak itu sangat bagus, banyak perhiasan melekat pada dirinya, Inaq Bangkol kembali berpikir, ini tidak mungkin anak jin atau setan. Dengan langkah yang pelan, sangat berhati-hati, Inaq bangkol melangkah untuk mendekati anak itu. Sementara anak tersebut, hanya memandangi Inaq Bangkol yang sedang mendekatinya.

Dengan gemetaran, Inaq Bangkol mencoba menyentuh Denda Ratsasih yang masih kecil, dia takut sosok kecil itu akan berubah atau menghilang, tetapi sampai tangannya menempel dengan tubuh anak itu, dia tetap dengan sosok yang sama dan tidak menghilang.

Anak itu dicium, lalu digendong dan dibawa pulang oleh Inaq Bangkol. Sayuran bersama bakul yang sebelumnya dibawa, tidak diketahui rimbanya, semuanya hilang pada saat dia lari dalam ketakutan ketika pertama kali melihat Denda Ratsasih.

Setelah mendekati rumah, Inaq Bangkol langsung memanggil suaminya Amaq Bangkol. Amaq Bangkol, cepat kesini, lihat apa yang saya bawa, dengan suara yang sedikit keras. Amaq Bangkolpun tergesa-gesa menghampiri istrinya, sambil berkata agak keras juga, jangan kamu mengagetkan saya. Setelah melihat istrinya yang sedang berjalan tergesa mendekati rumah, Amaq Bangkol terkejut, dikira istrinya sedang dikejar babi. Amaq Bangkol secepatnya mengambil parang dan mengajak anjingnya, menghampiri Inaq Bangkol. Amaq Bangkolpun kembali terkejut, setelah melihat apa yang digendong oleh istrinya.

No comments:

Post a Comment