Sunday, April 26, 2015

NAMAIN DARA KEDATON

Ancak (Wadah Makanan dari Bambu)
NAMAIN DARA KEDATON

        Namain Dara Kedaton adalah prosesi adat yang dilaksanakan oleh Masyarakat Adat yang ada di Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Lombok Utara. Prosesi ini dilakukan oleh Masyarakat setempat untuk merayakan hasil panen dengan mengadakan ritual disebuah tempat yaitu Aci – Aci dara kedaton atau pawang dara kedaton yang ada di Desa Sukadana.

        Dara Kedaton merupakan putri dari sebuah kerajaan yang ada di Bayan pada masa lampau, dengan Rajanya bernama
Datu Keling. Dara Kedaton hidup bersama dengan sebuah keluarga yang tidak punya keturunan yaitu Inaq Bangkol dan Amaq Bangkol sebagai orang tua asuhnya. Selama hidupnya, putri Dara Kedaton selalu mandi disebuah kali, yang ada di sekitaran hutan.

        Pada suatu hari tepatnya hari rabu, putri pergi untuk mandi ditempat biasanya yaitu dikali dekat hutan. Putri melepas pakainnya dan menaruh disekitar tempatnya mandi, pada saat sang putri mandi tanpa disadari ada sesorang yang mengambil pakainnya, hal itupun diketahui setelah selesai mandi dan akan mau pulang bahwa pakaiannya sudah tidak ada ditempat dimana ditaruhnya.

        Ternyata yang mengambil pakaian tersebut adalah seorang pemuda yang sangat tampan yaitu Panji Anom. Dan dari sejak saat itulah ada hubungan yang sangat dekat antara Dara Kedaton dan Panji Anom, hingga pada akhirnya mereka bersatu menjadi hubungan suami isteri. Sejak mereka menikah itulah kali tersebut dinamakan dengan Aci-aci Dara Kedaton atau Pawang Dara Kedaton.

        Ritual Prosesi Namain Dara Kedaton ini dilaksanakan sekali setiap tahunnya, harinya hanya dilaksanakan pada hari rabu saja. Menurut beberapa orang menyatakan hari rabu itu mungkin merupakan hari dimana Dara Kedaton itu menemukan pasangan hidupnya. Masyarakat Adat Sukadana beranggapan bahwa dengan bersatunya Dara Kedaton dengan Panji Anom memberikan berkah atas hasil bumi tempat mereka bercocok tanam, karena setelah putri menemukan jodohnya hasil bumi semakin meningkat.

        Dalam prosesi Namain Dara Kedaton ini yang dibawa adalah ayam yang akan disembelih (dipotong) oleh seorang Kyai Adat dilokasi, dan akan dijadikan sebagai menu makanan yang disebut serbuk. Hal lain yang harus dibawa juga adalah penimbung, nasi dan lauk pauknya yang ditaru pada Ancak (wadah makanan terbuat dari bamboo berbentuk persegi) sebanyak 8 buah yang terdiri dari 2 jenis yaitu, ancak nina (perempuan) dan ancak mama (laki-laki).

        Tempat untuk mempersipakan segala sesuatunya, baik itu berupa makanan yang akan disajikan mapun kebutuhan lainnya adalah pedangan. Pedangan merupakan istilah yang ada pada Masyarakat Adat Bayan yang memiliki arti adalah Dapur. Pedangan ini berada disekitar kali hutan Dara Kedaton.

        Dari informasi yang ada pada masyarakat setempat tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan kejadiannya, karena tidak ada bukti yang bisa memberikan informasi tentang kajadian tersebut. Terkait dengan Ibu kandung dari Dara Kedaton, dan keluarga dari Panji Anom pun tidak ada yang mengetahuinya. Tetapi dari kegiatan atau ritual yang dilaksanakan oleh Masyarakat setempat setiap tahunnya, yaitu Namain Dara Kedaton ini bisa disimpulkan bahwa cerita tentang hal tersebut memang pernah ada.

        Kali tempat Dara Kedaton mandi dimasa lampau memiliki air setiap saat, tetapi pada masa sekarang ini hanya sebagai kali mati (yang air musiman yaitu hanya pada musin hujan). Hutannya semakin berkurang, mungkin hal inilah yang membuat air kali tersebut sudah tidak ada lagi dimusim kemarau (musim panas) pada saat sekarang ini.

        Saya berharap kepada para pembaca yang bisa mendalami tentang kesejarahan dari Dara Kedaton ini, yang bisa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk kita bisa sama-sama mencari bukti yang autentik, sehingga kita bisa mengetahui dengan benar bagaimana sebenarnya kehidupan yang ada pada masa lampau yang ada di Desa Sukadana pada umumnya, dan sejarah tentang Dara Kedaton pada khususnya.

No comments:

Post a Comment