Monday, February 3, 2025

TAHAPAN MEMBANGKITKAN PENDIDIKAN ADAT

    Saat mendukung kebangkitan pendidikan di wilayah adat, perlu selalu diingat bahwa pendidikan adat adalah yang pendidikan yang berakar dalam kehidupan dan kebudayaan Masyarakat Adat. Ia meletakan adat sebagai landasan pembelajaran dan pertumbuhan seseorang. Oleh karena itu, setiap bentuk pendidikan adat akan unik, dan setiap proses pendirian akan berbeda. Namun, meski proses bisa berubah dan menyesuaikan keadaan setempat, apapun bentuk pendidikan adat yang dipilih - sistem pendidikan turun temurun di wilayah adat atau sekolah adat baru - tetap akan memegang pendidikan adat yang sama.
    Secara ringkas, tahapan membangkitkan pendidikan adat beserta cakupan kegiatan masing-masing dapat bisa dikelompokan menjadi 5 tahapan, yaitu Pemrakarsa Sebagai Prasarat, Pembentukan Tim Inti, Penjajakan dan Analisis Wilayah Adat, Pendekatan Kepada Tetua Adat, dan yang terakhir Musyawarah Adat. Dari kelima tahapan tersebut, tidak harus berurutan, tetapi bisa disesuaikan dengan siruasi dan kondisi Masyarakat Adat yang ada di Wilayah Adat masing-masing.

    Adapaun penjelasan tentang setiap tahapan sebagai berikut :

1. Pemrakarsa Sebagai Prasyarat
    Pihak yang tertarik dan berniat memulai kebangkitan pendidikan di wilayah adat, bisa perorangan mauapun lembaga, maka dia disebut sebagai Pemrakarsa Sebagai Prasyarat. Tidak hanya itu, Pemrakarsa bisa juga berasal dari tetua adat, pemimpin komunitas, perempuan, pemuda pemudi yang ada di wilayah adat.
    Pemrakarsa tidak hanya melempar gaagasan ke komunitas, tetapi juga perlu memfasilitasi kerja-kerja persiapan sehingga gagasannya untuk membangkitkan pendidikan adat bisa terwujud. Namun Ia bukan menjadi penentu terwujudnya gagasan ini di komunitas. Sebagai fasilitator kerja-kerja persiapan, Ia perlu memahami benar dan berpegang pada Prinsip-prinsip Pendidikan Adat.

2. Pembentukan Tim Inti
    Tim Inti merupakan sekumpulan orang yang memiliki cita-cita sejalan untuk menjaga kelangsungan wilayah adat melalui penerusan pengetahuan dan praktik adat antar generasi, dan berkomitment untuk bekerja bersama-sama pendukun kebangkitan pendidikan adat.
    Tim ini bertugas menjajaki dan menganalisis situasi wilayah adat, termasuk didalamnya kondisi pengetahuan adat dan penerusan budaya di wilayah adat. Tim juga perlu melakukan pendekatan kepada para pihak kunci di wilayah adat, terutama tetua.
    Jumlah orang dalam tim tidak perlu terlalu banyak tetapi memiliki kemampuan yang beragam. Idealnya anggotan tim berjumlah 4 - 8 orang termasuk Pemrakarsa, karean Ia yang mencetuskan gagasan ini. Berikut cakupan pengetahuan yang dibutuhkan dalam tim ;
    a. Kemampuan membaca gambaran besar situasi wilayah adat dan situasi yang memengaruhi
    b. Kemampuan mendukung komunitas untuk mengatur diri: mengumpulkan dan memfasilitasi orang         untuk berfikir kritis sehingga siapa bertindak/bergerak. 
    c. Kemampuan memanen, memetik intisari berbagai kegiatan diskusi, analisis maupun penjajakn                 yang dilakukan oleh tim dan mengemasnya menjadi sesuatu yang bisa difahami.
    d. Kemampuan bergerak mengerjakan segala keperluan tim
    e. Kemampuan mengelola komunikasi dalam tim maupun komunitas dan menjadi narahubung                     dengan pihak luar.
    Kelima poin diatas menjai pertimbangan penting untuk bisa terpenuhi dalam sebuah tim initi, sehingga memudahkan dalam melakukan kerja-kerja sebagai Tim Inti.

3. Penjajakan dan Analisis Wilayah Adat
    Penjajakan dan Analisis Wilayah Adat bertujuan untuk mendapatkan gambaran wilayah adat secara menyeluruh dari waktu ke waktu, mebaca perubahan yang terjadi, dan menyelisik sebab akibatnya. Hasilnya akan menjadi bahan utama musyawarah adat, sehingga komunitas bisa memutuskan ragam pendidikan adat yang sesuai dengan keadaan, kebutuhan, dan cita-cita komunitas Masyarakat Adat.
    Penjajakan dapat dilakukan dengan mewawancarai orang-orang kunci diwilayah adat, terutama para tetua, perempuan maupun laki-laki yang terbukti setia menjaga wilayah adat dan bisa meberi gambaran keadaan wilayah adat sejak zaman dahulu hingga sekarang. Sebagian orang yang diwawancarai mungkin hanya memiliki sebagian keterangan tentang wilayah adat, tapi potongan-potongan keterangan yang didapatkan ini dapat terus dihimpun sambil terus ditelusuri kesahihannya dari sebagain orang lainnya sehingga menjadi gambaran utuh.
    Pertanyaan-pertanyaan wawancara sebaiknya menggunakan pertanyaan terbuka sehingga orang yang diwawancarai dapat berbagi pengamatan dan pengalamannya secara leluasa, dan berkesempatan menemukan pengetahuan baru saat menjawab pertanyaan. Dengan cara ini, mereka akan merasa turut memiliki proses membangkitkan pendidikan adat dan mau terlibat lebih jauh.

4. Pendekatan Kepada Tetua Adat
    Para Tetua Adat yang setia menjalankan ajaran leluhur adalah pelaku kunci dalam menjalankan pendidikan adat. Selain sebagai pemegang pengetahuan dan falsafah inti turun temurun dari leluhur, mereka dalah pemangku wilayah adat yang memiliki wewenang untuk menyelenggaran musyawarah adat untuk mengambil keputusan bersama. Oleh karena itu, mereka harus terlibat sejak awal dan terus berperan dalam penyelenggaraan Sekolah Adat yang didirikan.

5. Musyawara Adat
    Musyawarah Adat diselenggarkan oleh Pemangku Adat. Penyelenggaraan harus mengikuti tata cara musyawarah yang berlaku dan diakui di wilayah adat setempat, siapa pihak pengundang, siapa saja yang diundang, bagimana undangan disebar luaskan, siapa yang menyebarkan undangan, kapan waktu yang baik, dimana musyawarah dilakukan, bagaimana makanan dan minuman disiapkan, siapa yang bertugas menyiapkannya, siapa yang memimpin musyawarah, bagimana keputusan diambil dan berlaku.
    Hal ini penting dipraktikan terlebih jika tata musyawarah mulai memudar atau bergeser. Sebagaimana semua proses dalam tahapan persiapan, tahap musyawarah pendirian juga menjadi bagian dari upaya membangkitkan kesadaran bersama, menguatkan kebersamaan, dan menghidupkan kembali adat istiadat. Proses ini dengan sendirinya merupakan pendidikan adat ditingkat komunitas.
    Musyawarah Adat terkait kebangkitan pendidikan adat bertujuan untuk membahs secara mendalam, menimbang, dan memutuskan bentuk, kerangka pembelajaran, pelaksana, dan peresmian pendidikan adat. Melihat luasnya cakupan pembahasan, bisa jadi musyawarah perlu dilakukan beberapa kali.
    Demikian gambaran tentang bagaimana tahapan membangkitkan/mendirikan pendidikan adat/sekolah adat/sanggar atau nama lain dalam komunitas. Apabila ada sesuatu yang kurang jelas atau penjelasan lebih, silahkan tulis di kolom komentar, atau menghibungi di no HP. 087757001145.
    

No comments:

Post a Comment