Gotong Royong
Azaz Gotong Royong di Negara
Republik Indonesia sekarang hanya sebagai ungkapan saja pada sebagian besar
penduduknya, rasa individualisme dan persaingan yang membuat setiap orang lupa
sebagai makhluk social. Kebutuhan hidup yang semakin banyak, persaingan untuk
menjadi yang lebih dibandingkan yang lainnya adalah sebab utama hilangnya rasa
kebersamaan dan kegotong royongan.
Kehidupan kota yang semakin maju
dengan segala pengetahuan baru dan teknologi yang baru, perlu ada pemahaman
yang jelas tentang kategori majunya tersebut. Apakah maju dalam konsep ilmu pengetahuan
baru, atau justru sebaliknya merupakan kemunduran tentang azaz nasional.
Kehidupan yang membuat berpikir tentang ilmu-ilmu barat yang dalam banyak
persepsi menyebut Barat sebagai Negara maju.
Sistem pendidikan yang sebagian
besar mempelajari ilmu pengetahuan baru, tanpa mempelajarai kearifan local yang
ada disekitar lingkungan pendidikan itu sendiri. Banyak pengetahuan para orang
tua terdahulu yang sekarang sudah hilang.
Kemajuan pendidikan yang saat ini
hampir merata diseluruh wilayah justru rasa kegotong royongan itu semakin
hilang. Apakah ini disebabkan oleh lembaga pendidikan atau oleh system
pendidikan nasional……..? Kota yang hampir seluruh penduduknya memiliki
pendidikan tinggi justru rasa kebersamaannya rendah, sementara Desa atau
kampung yang ada dipelosok dengan rata-rata penduduknya memiliki pendidikan
rendah tetapi sifat kegotong royongan dan kebersamaannya masih terpelihara
sampai saat ini, seperti yang ada di Dusun Dasan Baro, Desa Karang Bajo,
Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara – Nusa Tenggara Barat.
Salah satu warga Masyarakata yang
bernama “Srimalaip” rencananya pada bulan Sawal yang akan datang akan
mengadakan acara Qhitanan anaknya secara Adat Bayan. Pada hari Senin, 30 Mei
2016 diawali dengan mempersiapkan kayu bakar untuk kebutuhan memasak pada saat
persiapan dan puncak acara. Dari awal sampai puncak acaranya akan dilakukan
bersama dengan Masyarakat yang ada disekitar lingkungan Desa Karang Bajo, hal
ini menunjukan bentuk Gotong Royong dalam segala kegiatan yang dilakukan dalam
acara Qhitan Adat tersebut masih terpelihara dengan baik.
Acara Qhitan Adat Bayan
Kepembekelan Karang Bajo membutuhkan waktu sekitar satu bulan setengah, dari
mulai persiapan sampai puncak acara. Ritual dilakukan selama dua hari, hari
pertama yaitu minggu disebut dengan “kayu aiq”, dan hari kedua senin
disebut “Gawe” atau puncak acara. Sebelum puncak acara tersebut
dilaksanakan ritual pembuka pada hari jumat sebelumnya, dan setelah puncak
acara itu dilkukan penutupan pada hari jumatnya.
Peran Masyarakat dalam membantu
keluarga yang punya acara sudah memiliki tugas dan fungsi masing-masing.
Perempuan yang masih muda akan mempersiapkan jamuan makanan, sementara
perempuan yang tua untuk menyiapkan segala sesuatu kebutuhan terakit dengan
ritualnya. Bagi kaum laki-lakipun demikian, yang muda bertugas untuk menyambut
para tamu dan menyiapkan segala kebutuhan bahan makanan, dan yang tua akan
mengatur jalannya prosesi Qhitanan Adat tersebut. Orang yang punya acara hanya
bertugas untuk menyiapkan segala bahan kebutuhan, dan menemani tamu yang
diundang saja.
Bayan merupakan salah satu wilayah
yang ada di Kabupeten Lombok Utara yang masih kental dengan Adat Istiadatnya.
Dalam setiap prosesi adat yang dilakukan oleh Masyarakat akan dilaksnakan
secara bersama, hal inilah yang membuat solidaitas antar sesama yang masih
terpelihara sampai saat ini.
Bagaimana dengan Masyarakat yang
ada disekitar Anda, apakah rasa gotong royong masih terpelihara dengan baik………………?
No comments:
Post a Comment