Monday, August 3, 2015

ACARA DASAN BARO 2015

ACARA QHITAN DASAN BARO 2015

        Masyarakat Adat yang ada di Dusun Dasan Baro, Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan – Lombok Utara melaksnakan  acara qhitanan secara Adat Bayan. Prosesinya dilaksanakan selama dua hari yaitu pada hari minggu sampai dengan senin, tepatnya dari tanggal 2 s/d 3 Agustus 2015. Acara qhitanan yang dilaksanakan secara Adat Bayan ini memiliki nuansa yang sangat unik jika dibandingkan acara qhitan yang dilaksanakan oleh masyarakat lombok pada umumnya.

        Masyarakat muslim pada umumnya melaksanakan acara qhitannya hanya selama satu hari, dan itupun biasanya dilakukan pada saat ada acara keagamaan atau hari besar agama Islam sperti pada waktu melaksanakan acara Maulid Nabi Muhammad, Saw. Waktu pelaksanaannya bebas, hari dan bulan untuk melaksanakan acara qhitan.
            Masyarakat Adat Bayan  memiliki waktu pelaksanaan tertentu, untuk kepembekelan Karang Bajo hanya pada hari minggu s/d senin, sedangkan untuk kepembekelan Loloan dan Bayan melaksanakan acara qhitanannya hanya pada hari rabu s/d kamis. Begitu pula acara qhitanan yang dilaksanakan oleh masyarakat Adat yang ada di Dusun Dasan Baro, Desa Karang Bajo hanya pada hari minggu s/d senin karena Masyarakatnya merupakan dari Kepembekelan Karang Bajo.

Keluara Kumpul di Berugaq Saka Enem
Jumlah anak yang diqhitan pada acara tersebut adalah sebanyak 6 orang yang berasal dari 5 kepala keluarga, satu keluarga memiliki 2 anak yang di qhitan, sedangkan 4 keluarga lainnya hanya satu anak. Nama-nama anak tersebut adalah Roni, Angga, Botol, Rolando, Ramadon, dan Adin Kejas, sedangkan nama ayah mereka yaitu Sutradi,  Sudiasip, Ratbayan, Muhamad Husin, dan Amaq Kejas.

       Acara qhitan yang dilaksanakan secara adat ini dihadiri oleh seluruh keluarga besar 5 orang tua dari anak yang diqhitan, sehingga banyak orang yang datang untuk menghadiri dan menyaksikan acara adat untuk qhitan tersebut. Para kelurga yang akan diundang ini dilakukan dengan membarak-menenak, yaitu acara mengundang keluarga yang dilakukan oleh 2 orang yang sudah ditunjuk untuk melakukan undangan secara langsung kepada semua keluarga yang tersebar diseluruh wilayah.

Sutradi (Ayah Kandung Roni/Anak Yang di Qhitan)
          Dengan banyaknya keluarga yang diundang sehingga bahan makanan yang disiapkan juga banyak, baik itu makanan pokok seperti beras dan lauknya dari daging sapi dan kambing serta jenis makanan lainnya. Jumlah beras yang disiapkan mencapai 500 Kg, sapinya 4 ekor, kambing 6 ekor, ayamnya mencapai sekitar 40 ekor lebih. Semua bahan makanan itu ddisiapkan untuk komsumsi selama 2 hari yaitu hari minggu dan senin.

        Jika kita melihat kebutuhan yang disiapkan untuk acara qhitan adat tersebut tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, diperkirakan biaya yang dihabiskan untuk acara qhitan itu adalah sekitar Rp. 75.000.000,-. Bagi masyarakat adat yang ada di Bayan, ini merupakan salah satu acara yang dijadikan sebagai moment untuk menjaga selaturrahmi antar keluarga yang tersebar diseluruh daerah, dan juga untuk menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat sekitar.



  Pada dasarnya, masyarakat terdahulu yang menjadi pengqhitannya adalah salah satu pejabat adat atau pemangku yang disebut dengan Amaq Lokaq Penyunat atau Raden Penyunat. Dengan adanya perkembangan teknologi dan tenaga kesehatan, sehingga petugas qhitannya diambil dari tenaga medis, yaitu H. Husnul Ahadi (Kepala Puskesmas Bayan yang gedungnya terdapat di Desa Anyar Kecamatan Bayan – Lombok Utara).

        Pada saat anak di qhitan selalu dibacakan lontar, lontar ini merupakan cerita tentang para tokoh terdahulu yang tertlis di daun tall, dengan menggunakan tulisan Jawa Kuno. Membaca lontar dalam masyarakat lokal menyebutnya “memaca” atau “pepaosan”. Memaca atau pepaosan dilakukan oleh 2 orang, ada yang membaca lontar disebut dengan “pemaca” dan satu orang lainnya adalah yang mengartikan dalam bahasa lokal yang disebut dengan “pujangga”. Ada juga jenis kesenian lainnya yaitu gendang beleq, yang merupakan alat musik khas Lombok.


   Pembacaan lontar pada acara qhitan ini memiliki 2 tujuan yaitu supaya anak yang diqhitan bisa mengikuti perilaku baik tokoh terdahulu yang diceritakan dalam lontar, dan juga sebagai hiburan masyarakat yang hadir pada acara tersebut. Sementara jenis kesenian lain yaitu gendang beleq hanya sebagai hiburan saja, tanpa memliki makna lain.

  Lontar yang dibacakan pada cara qhitan yang dilaksanakan oleh Masyarakat Dusun Dasan Baro pada waktu itu adalah adalah Lontar “Jati Suara”. 2 Orang yang membaca lontar ini yaitu Amaq Supek dan Jinalip, dua orang ini saling bergantian sebagai pemaca dan pujangganya. Lontar Jati Suara ini dibacakan pada minggu malam dan hari senin saat anak di qhitan dengan menggunakan pengeras suara.

No comments:

Post a Comment