Pada episode sebelumnya, dikisahkan tentang Dahu Daha dan Datu Keling yang menyampaikan nazarnya saat berdo’a di Kayangan. Datu Daha akan membawa 2 ekor kerbau berhiaskan emas dan lain-lain, sementara Datu Keling akan membawa perlengkapan sirih dan pinang, sampai akhirnya ditertawakan oleh rombongan yang hadir.
Tentu nazar ke 2 Raja tersohor di Lombok yang sangat berbeda akan menimbulkan pertanyaan dihati kita semua, apakah Datu Keling menyampaikan hal tersebut karena kesederhanaan, atau mungkin karena kepelitannya?
Dan bagaimana juga dengan Datu Daha, apakah nazarnya yang mewah itu disebabkan karena dia seorang raja, yang tentunya memilki kemampuan ekonomi yang lebih, atau karena ada faktor lain?
Silahkan tulis pendapat kalian, pelungguh sami, polong renten, pada kolom komentar dibawah artikel ini. Bagi yang senang mendengar dongeng atau cerita tentang sejarah Lombok tentu sudah tahu jawabannya, termasuk para penglingsir, para tokoh, dan juga warga yang suka baca lontar dipastikan paling tahu persis deh tentang karakter kedua Raja tersebut.
Bagi yang tidak tahu, ditunggu artikel tentang Cerita Legendaris Perempuan Lombok sampai tuntas. Baiklah kita lanjutnya artikelnya di episode keempat ini.
Permaisuri Datu Daha dan datu keling yang sudah hamil selama 9 bulan lebih, tibalah waktu keduanya untuk melahirkan. Datu Keling, dibantu oleh Raden Patih dan Masyarakat lainnya sedang sibuk untuk mencari dukun yang akan membantu proses persalinan permaisuri.
Setelah menemukan dukun disebuah bukit, langsung diajak ke Kerajaan Keling untuk membantu sang permaisuri melahirkan. Proses persalinanpun berjalan dengan lancar. Sekitar jam 10 malam, dihari Selasa, tanggal 1 Rajab, Keluarlah sosok bayi yang berlumur darah dengan tangisan yang keras, dan bayi tersebut berjenis kelamin laki-laki.
Kebahagiaan Datu Keling saat melihat putranya lahir tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, Datu Keling terus memandangi bayi tersebut dengan penuh senyum, kebahagiaan, dan kebanggaan yang tak terkira.
Datu Keling langsung memerintahkan Panakawannya Loq Jambulung dan Kacung keluar untuk memukul kentongan. Mendengar suara kentongan yang keras dan terus menerus sehingga banyak warga yang bertanya ini sebenarnya ada apa? Setelah mendengar tentang lahirnya putra kerajaan Keling, maka kebahagiaan warga Masyarakatpun tak terbentdung. Segera Masyarakat ikut meramaikan malam itu dengan suara tembakan kebahagiaan, gong gerantung dibunyikan, suara kentongan terus saling bersahutan diseluruh Negeri Keling.
Sampai ada juga beberapa laki-laki yang keluar rumah dengan membawa keris, mereka kira ada pertempuran karena begitu kerasnya suara tembakan, ada keluar membawa tombak dan persenjataan lainnya. Para perempuanpun ikut panik, mereka banyak yang mengemas barang berharga milik mereka.
Diperbatasan Kerajaan Keling mereka saling bertanya, ada apa gerangan sehingga suara kentongan dan tembakan terus berbunyi? Loq Jambulungpun menyampaikan lagi tentang kelahiran putra Raja tersebut. Suasana dalam ketakutan dan kewaspadaanpun berubah seketika menjadi suasan yang penuh kebahagiaan. Beberapa orang kembali kerumah masing-masing, ada juga yang langsung menuju keraton untuk mengunjungi Raja mereka yang sedang berbahagia. Situasi dipinggir keratonpun kembali sepi.
Datu Keling mengungkapkan rasa terimakasihnya pada dukun yang telah membantu permaisuri melahirkan, diberikan dukun tersebut kain, selendang, dan uang sebanyak 5 buntal. Malam berlalu, dan mentari dari upuk timurpun terbit.
Dipagi yang cerah, berdatangan para warga, semua istri para pembesar, membawa sirih dan kapur, ada juga yang membawa lainnya, meskipun beberapa bawaan mereka sebenarnya sudah ada di istana. Semua yang mereka lakukan sebagai bentuk rasa syukur dan kebahagiaan atas lahirnya putra mahkota di kerajaan Keling. Beberapa pasukan terus berjaga dan berkeliling disekitar istana untuk tetap menjaga keamanan.
Pada tempat yang berbeda, yaitu di Kerajaan Daha, setelah mendengar suara gemuruh tembakan semalam, langsung menyuruh Masyarakat bersiap-siap untuk menuju Keling. Datu Dahapun ternyata sudah memprediksi bahwa anaknya Datu Keling sudah lahir. Pagi itu, Datu Daha bersama 2 Panakawan beserta pengawalnya pergi ke Kerajaan Keling.
Setelah sampai di Kerajaan Keling, Datu Daha langsung masuk. Dalam istana begitu ramai, dipadati banyak orang, sehingga pengawalpun harus membukakan jalan untuk Datu Daha masuk keistana.
Begitu tiba di dalam istana, Datu Keling langsung mempersilahkan Adiknya Datu Daha naik rumah jajar. Mereka duduk saling berhadapan. Datu Daha langsung bertanya, bagaimana dengan keturunan kakak, apakah dia laki-laki atau perempuan? Seperti apa yang saya minta dahulu, waktu di Kayangan, anak saya laki-laki, jawab Datu Keling. Datu Daha berkata lagi, saya belum tahu, apakah anak saya laki-laki atau perempuan, karena sampai sekarang belum lahir. Kembali Datu Keling menenangkan Adiknya Datu Daha dengan berkata, apa yang adik minta pasti terkabul, sesuai dengan permintaan yang dulu. Datu Dahapun menjawab, jika benar anak saya perempuan, sesuai yang saya minta, saya berniat untuk menyatukan mereka, sehingga merekalah kelak yang akan memimpin Kerajaan Daha dan Keling. Merekapun sepakat untuk menjodohkan anak mereka, jika keturunan Datu Daha perempuan.
Disela pembicaraan, keluarlah kopi dan beberapa jenis makanan. Datu Kelingpun mempersilahkan adiknya untuk menikmati makanan dan minuman yang telah disiapkan, termasuk beberapa punggawa dan pembesar 2 kerjaan menikamti seluruh hidangan yang ada.
Bagaimana kisah selanjutnya, nantikan episode berikutnya. Terimakasih.
No comments:
Post a Comment