Ritual Selamet Olor merupakan
salah satu ritual yang dilaksankan oleh Masyarakat Adat untuk menyambut
datangnya musim hujan, setelah ritual ini dilaksanakan maka para petani sudah
bisa untuk menyipkan pembibitan. Dalam masyarakat Adat Bayan pada umumnya, yang
memiliki lahan pertanian di Bangket Bayan pada khususnya selalu menanam jenis
padi lokal pada musim hujan, yaitu padi bulu.
Kebutuhan Selamet Olor adalah
dari iuran yang dikumpulkan oleh para petani yang menggunakan air dari hutan
adat bangket bayan, yaitu berupa uang bolong dan juga rupiah. Hasil iuran ini
digunakan untuk membeli ayam dan atau kerbau sebagai bahan makanan yang
digunakan. Untuk kerbau digunakan pada bangaran senin, yaitu ditahun dal, sedangkan
untuk ayam digunakan selama tiga tahun lainnya.
Pelaksanaanya tidak tergantung
bulan tetapi justru tergantung pada musim, yaitu sebelum datangnya musim hujan.
Selamet olor ini dilaksanakan
sekali dalam dua tahun yaitu ditahun alip, jimawal, dal, dan wau. Empat haun
lainnya yaitu ehe, se, be jimahir tidak dilakukan selamet olor di hutan adat
bangket bayan, terkecuali dialiran sungai selain mata air bangket bayan. Pada
tahun ini adalah bangaran senin sehingga ternak yang disembelih kerbau,
sedangkan pada tahun alip, jimawal, dan wou, ternak yang disembelih cukup
dengan ayam saja (Kerbau tidak diwajibkan).
Lokasi pelaksanaan untuk ritua
selamet oler yaitu dihutan adat bangket bayan, tepatnya disebelah barat
pedangan/bagian utara hutan bangket bayan. Areal hutan ini disebut dengan Gumi
Dalem, yang termasuk juga bangket bayan dan bangket lendang. Batas terluar dari
Gumi Dalem ini disebelah timur adalah Lokok Pelok, sebelah Utara adalah lokok
penempuran, antara lokok pelok dengan lokok reak, sebelah barat adalah lokok
reak, dan batas sebelah selatan adalah sempopo.
Yang memimpin dalam ritual ini
adalah Inan Aiq, yaitu orang yang bertugas untuk menjaga mata air yang ada
dihutan adat, serta mengatur kebutuhan air untuk para petani. Inan aiq adalah
pejabat adat yang ditunjuk dan disepakati berdasarkan garis keturunan dengan
cara dimusyawrahkan. Pada tahun ini yang menjabat sebagai Inan Aik adalah
Jantilah yang juga dikenal dengan nama panggilannya Aman Senen.
Tahapan prosesi dari selamet olor
yaitu persiapan bahan dan alat yang akan digunakan, yaitu berupa ternak yang
akan disembelih, bumbu-bumbu yang digunakan, dan juga peralatan dapur seperti
periuk dan lain sebagainya.
Pada puncak acara, yaitu
menyembelih ternak oleh Kyai Lebe atau kyai santri sebagai pemimpin dalam acara
meriap dan juga memimpin doa. Ternak yang disembelih akan dicincang menjadi
bagian kecil-kecil oleh kaum laki-laki, sedangkan untuk kebutuhan nasi yang
akan menyiapkan adalah kaum perempuan.
Bahan makanan yang semua sudah
siap, maka ditaruh pada tempat-tempat tertentu sebelum dihidangkan pada acara
meripa. Titik – titik sebagai lokasi nenok yaitu di Perumbaq Daya, Gedeng Daya,
dan Pedangan. Orang bertugas untuk menaruh makanan atau nenok di Perumbaq Daya
adalah Perumbaq Daya (jika ada) tetapi karena saat ini lagi kosong, maka yang
melakukan adalah Amaq Lokaq Walin Gumi. Untuk di Gedeng Daya dilakukan oleh
Amaq Lokaq Pande, sedangkan yang bertugas di pedangan adalah Inan Aik. Jika
semua lokasi sudah selesai nenok, maka dilaksanakanlah prosesi meripa (puncak
acara yang dipimpin oleh Kayi Lebe). Dengan berakhirnya acara atau ritual
selamet olor, maka para petani sudah bisa memulai prosesi pertanian pada musim
hujan, yaitu penanaman padi bulu.
Padi bulu merupakan jenis tanaman
yang sangat erat hubungannya dengan masyarakkat Adat Bayan, karena dalam setiap
ritual yang dilaksanakan harus ada padi bulu sebagai bahan makanan utama pada
saat meriap. Proses penanaman padi bulu sampai panen memiliki beberapa tahapan
prosesi secara adat, bahkan sampai disimpan dalam lumbung.
Tahapan yang dilakukan yaitu
mulai dari mengambil benih dilumbung dengan berbusana adat, kemudian padi bulu
di rendam dalam air sekitar dua hari, lalu dikeringkan. Dalam beberapa hari
akan tumbuh benih kecambah, maka pada saat itu baru disebar kelahan yang sudah
disiapkan untuk pembibitan sampai usia benih siap ditanam yaitu sekitar 30 sampai
dengan 45 hari.
Selama benih berkembang, maka
petani menyiapkan lahan persawahan sebagai lokasi tanam. Proses pengolahannya
dilakukan selama dua kali, yang pertama disebut belesaq dan yang kedua disebut
dengan jejarian.
Pertama belesaq, adalah proses
yang dilakukan untuk membuat lahan lebih gembur serta memperbaiki petakan sawah
yang kedepannya digunakan sebagai tempat untuk menanam tanaman jalar lokal
yaitu tanaman komak. Petakan ini berfungsi untuk menjaga air selama padi
berkembang dan juga bisa memberikan kesuburan pada petakan sawah sehingga
tanaman bisa menjadi lebih sehat dalam perkembangannya.
Kedua yaitu jejarian, proses ini adalah
tahapan terkahir dalam pengolahan lahan, karena dalam tahapan ini sawah diolah
sampai merata tingkat kegemburan lahan yang sebelumnya tidak rata karena
digunakan untuk membuat petakan sawah.
No comments:
Post a Comment